Sinopsis Singkat Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal
Jika seseorang tiba-tiba menghilang dari hidupmu, seberapa jauh kamu akan mencarinya? Inilah pertanyaan besar yang menjadi inti dari film “Sampai Jumpa, Selamat Tinggal” garapan Adriyanto Dewo, yang menghadirkan drama emosional antara tiga karakter utama: Wyn (Putri Marino), Dani (Jourdy Pranata), dan Rey (Jerome Kurnia).
Wyn terbang ke Seoul demi mencari Dani, kekasihnya yang menghilang tanpa jejak. Di Korea, ia bertemu Rey, seorang imigran asal Indonesia yang bekerja di sana. Rey yang awalnya enggan, akhirnya membantu pencarian ini. Namun, rahasia besar yang disimpan Rey tentang Dani mengancam segalanya. Dan ketika Wyn menghilang secara misterius setelah bertemu kembali dengan Dani, giliran Rey yang harus memulai pencarian…
Kesan Pertama: Visual yang Memikat, Emosi yang Tersesat
Secara teknis, film ini nyaris sempurna: sinematografi ciamik, pencahayaan malam yang memukau ala cyberpunk, dan skoring yang membawa suasana. Setiap frame seolah ingin memanjakan mata, apalagi dengan latar kota Seoul yang estetik dan berkarakter. Opening film dengan lagu “Caldera β Talk” bahkan sukses menciptakan ekspektasi tinggi sejak menit pertama.
Sayangnya, cerita tidak sejalan dengan visual. Plot terasa terpecah, karakter tidak tergali dengan baik, dan ketika konflik datang, kita sebagai penonton tidak merasa cukup terhubung untuk peduli. Hubungan antara Wyn dan Rey berkembang secara instan tanpa cukup landasan emosional, dan begitu klimaks datang, rasanya… datar.
Karakterisasi: Terjebak di Permukaan
Karakter dalam film ini punya potensi besar, namun pengembangan tokoh terasa sangat dangkal. Wyn, meski diperankan solid oleh Putri Marino, lebih sering terlihat sebagai sosok yang pasif dan menyalahkan orang lain. Rey memiliki latar belakang yang seharusnya bisa sangat menarik (imigran Indonesia dengan masa lalu kelam), tapi tidak pernah benar-benar dibongkar secara emosional. Dani, sang mantan kekasih, terasa seperti tokoh tempelan, hanya muncul untuk menggerakkan plot.
Salah satu tokoh paling mencuri perhatian justru adalah Vanya (Lutesha), yang walau screentime-nya sedikit, berhasil memberi energi di tiap adegannya.
Akting: Ada yang Bersinar, Ada yang Tenggelam
Tidak bisa dipungkiri bahwa akting para pemain cukup solid, terutama Jerome Kurnia yang tampak natural dalam setiap adegannya. Namun, ada momen-momen ketika dialog terasa kaku dan chemistry antarpemain tidak maksimal. Beberapa penonton bahkan merasa sulit untuk merasakan koneksi di antara karakter-karakter utamanya.
Tema & Pesan: Banyak Isu, Minim Kedalaman
Film ini mencoba mengangkat banyak isu: cinta, kehilangan, imigran ilegal, pencarian identitas, bahkan kesehatan mental. Namun tidak satu pun dibahas dengan kedalaman yang layak. Banyak momen yang seharusnya emosional malah terasa kosong karena tidak adanya buildup.
Alih-alih menjadi drama yang menyentuh, film ini justru lebih terasa seperti koleksi estetika visual dan dialog ambigu, tanpa arah yang jelas.
Kenapa Harus Berlatar Korea?
Salah satu pertanyaan besar: mengapa film ini harus berlatar Korea? Memang, secara visual Korea sangat fotogenik. Namun secara naratif, tidak ada urgensi latar ini. Jika tujuan utamanya untuk memperlihatkan bahwa menjadi pekerja migran di luar negeri itu penuh tantangan, maka pesan tersebut tidak digarap secara maksimal.
Streaming & Ketersediaan
Per tanggal penulisan artikel ini (11 Juni 2025), film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal belum tersedia secara resmi di platform streaming mana pun di Indonesia.
Namun, mengingat rekam jejak distribusi film Indonesia saat ini, kemungkinan besar film ini akan segera hadir di layanan seperti:
- Netflix Indonesia (kemungkinan tertinggi, mengingat portofolio serupa)
- Prime Video
- Catchplay+
- KlikFilm (jika distribusi dilakukan oleh jaringan lokal)
Untuk update resmi ketersediaan, pantau laman JustWatch Indonesia melalui tautan ini:
π Lihat di JustWatch
Rating Akhir: ββΒ½ (2.5/5)
Aspek | Nilai |
---|---|
Cerita | βββββ |
Akting | βββββ |
Visual | βββββ |
Emosi | βββββ |
Skoring | βββββ |
Total | 2.5 / 5 |
Film ini cocok untuk kamu yang mencari tontonan dengan visual memukau dan suasana yang βvibeyβ, tapi jika kamu menginginkan narasi yang kuat dan menyentuh, kamu mungkin akan kecewa.
Penutup
Sampai Jumpa, Selamat Tinggal adalah contoh nyata bagaimana kekuatan teknis tidak selalu bisa menutupi kelemahan naskah. Meskipun menawarkan sinematografi yang memukau dan aktor-aktor papan atas, film ini tidak berhasil menyampaikan cerita yang menggugah atau karakter yang membekas.
Meski begitu, film ini tetap menarik untuk ditonton, terutama bagi kamu yang menyukai visual artistik dan drama bertempo lambat. Kami tetap menyarankan menontonnya saat sudah tersedia di layanan streaming agar bisa menilai sendiri.
Apakah kamu sudah menonton film ini di bioskop? Atau penasaran ingin menontonnya nanti di streaming? Tinggalkan komentar di bawah!