Setelah lebih dari satu dekade menanti, Final Destination akhirnya kembali dengan tajuk Bloodlines. Film keenam dalam waralaba horor ikonik ini mencoba menghidupkan kembali semangat lama—kecelakaan besar, firasat, dan kematian yang mengincar satu per satu. Namun kali ini, ada sedikit twist: kematian mengejar satu garis keturunan secara turun-temurun, membawa trauma keluarga ke level baru.
Disutradarai oleh Zach Lipovsky dan Adam B. Stein, serta ditulis oleh Guy Busick dan Lori Evans Taylor (dengan cerita asli dari Jon Watts), Bloodlines menyajikan nuansa baru tanpa melupakan elemen yang dicintai penggemar lama—kematian yang absurd dan penuh darah.
Sinopsis Singkat
Iris (diperankan oleh Kaitlyn Santa Juana), seorang mahasiswi yang dihantui mimpi buruk penuh kekerasan, memutuskan untuk pulang demi mencari satu-satunya orang yang bisa memutus rantai kematian yang membayangi keluarganya. Dari sinilah cerita berkembang, membawa penonton pada rollercoaster emosional dan ketegangan khas Final Destination.
Sayangnya, meskipun ada ambisi untuk membawa kedalaman emosional dan konflik batin, eksekusinya cenderung setengah matang.
Kekuatan Utama: Nostalgia dan Gory Kills
Film ini tampil menonjol dalam dua aspek: kecelakaan besar dan penghormatan pada karakter William Bludworth (Tony Todd). Adegan pembuka di menara tinggi — sangat mengerikan untuk mereka yang fobia ketinggian — langsung memacu adrenalin, dan kematian yang digambarkan tetap penuh imajinasi, mulai dari wajah yang meledak hingga tubuh yang terbelah secara brutal.
Penampilan terakhir Tony Todd menjadi highlight emosional tersendiri, menutup karakter legendaris Bludworth dengan cara yang penuh penghargaan. Ini adalah momen paling manusiawi di film yang banyak mengandalkan darah dan efek kejutan.
Kelemahan Mendasar: Cerita dan Karakter
Sayangnya, Final Destination: Bloodlines juga membawa warisan kelemahan dari film-film sebelumnya, bahkan lebih kentara. Karakter di sini terasa datar dan nyaris robotik, terutama dalam adegan pemakaman yang harusnya menyentuh, tapi malah hambar. Mereka tampak tidak merasakan duka yang sesungguhnya, hanya kembali ke rutinitas sehari setelah kematian orang terdekat.
Plotnya terasa seperti gunung: menanjak dengan menjanjikan, tapi merosot tajam di tengah dan nyaris tanpa klimaks di akhir. Babak ketiga terlalu singkat dan tidak memuaskan. Beberapa penonton merasa bahwa usaha menjelaskan mitologi seputar kematian malah menghilangkan aura misteri yang selama ini menjadi daya tarik utama.
CGI dan Efek Visual
Efek komputer di film ini juga menjadi titik lemah. Dibanding film-film sebelumnya yang rilis lebih dari 20 tahun lalu, CGI di Bloodlines terasa kurang meyakinkan dan terkadang malah membuat adegan kematian tampak seperti video TikTok horror editan—lebih gaya daripada substansi.
Bahkan beberapa kematian tampak malas dan seperti hasil reshoot kilat. Padahal, justru aspek inilah yang selama ini menjadi andalan Final Destination.
Penilaian Pribadi
Sebagai penonton lama Final Destination, saya menghargai usaha film ini untuk mencoba hal baru. Pendekatan naratif tentang garis keturunan dan warisan keluarga memang menarik secara konsep. Namun, pada praktiknya, film ini kurang berhasil memberikan kedalaman emosional dan ketegangan psikologis yang sepadan.
Meski begitu, untuk kamu yang menonton demi sensasi, darah, dan adegan maut absurd, film ini masih menghibur.
Rating: ★★★☆☆ (3 dari 5)
- Nilai tambah: Opening scene mengerikan, kematian kreatif, penghormatan emosional untuk Tony Todd.
- Nilai kurang: CGI lemah, karakter datar, akhir cerita antiklimaks.
Kapan Bisa Ditonton Online di Indonesia?
Saat artikel ini ditulis (Mei 2025), Final Destination: Bloodlines belum tersedia di platform streaming mana pun. Namun, berdasarkan tren perilisan film horor besar sebelumnya dari New Line Cinema, besar kemungkinan film ini akan rilis digital di beberapa platform berikut dalam waktu 2-3 bulan setelah rilis bioskop:
- HBO GO Asia / HBO Max (Indonesia) – Mengingat afiliasi Warner Bros.
- Amazon Prime Video
- Apple TV+ (sebagai digital rental/purchase)
- Google Play / YouTube Movies
Pantau terus pembaruan resminya di JustWatch Indonesia untuk memastikan kapan dan di mana bisa menontonnya secara legal.
Kesimpulan: Sebuah Tambahan Layak, Tapi Bukan yang Terbaik
Final Destination: Bloodlines bukan film horor yang revolusioner, tapi juga bukan kegagalan total. Ia tahu apa yang ingin diberikannya: kematian berdarah-darah, ketegangan tak terduga, dan sedikit nostalgia. Sayangnya, dengan pengembangan karakter yang dangkal dan penyelesaian cerita yang lemah, film ini tidak akan meninggalkan kesan mendalam seperti Final Destination 2 yang legendaris.
Namun, sebagai hiburan akhir pekan atau tontonan horor tanpa beban, film ini tetap layak untuk ditonton — apalagi jika kamu penggemar lama waralaba ini.
Sudah Siap Menghadapi Takdirmu?
Jika kamu adalah penggemar horor yang haus akan darah dan kematian kreatif, jangan lewatkan Final Destination: Bloodlines saat hadir di platform streaming. Pastikan untuk menambahkan film ini ke watchlist kamu, dan siapkan mental untuk teror yang absurd dan mendebarkan.
🎥 Cek terus info ketersediaan streaming-nya di JustWatch Indonesia
🌐 Kunjungi situs resminya di finaldestinationmovie.com