Rapsa (2025): Film Erotis yang Menantang Tapi Gagal Menyentuh Hati
Dalam lanskap perfilman Filipina modern, Vivamax telah dikenal sebagai rumah bagi film-film berani, eksperimental, dan erotis. Salah satu rilisan terbarunya, Rapsa (2025), disutradarai oleh Topel Lee dan ditulis oleh Frederick Castro, mencoba menyajikan kisah penuh gairah tentang hubungan terlarang di tempat kerja, dengan bumbu seksualitas yang eksplisit dan dominasi kekuasaan.
Namun, apakah film ini mampu memberikan sesuatu yang bermakna selain adegan panas semata?
Sinopsis: Ketika Kantor Menjadi Panggung Fantasi
Rapsa menceritakan seorang manajer cantik yang merupakan seorang lesbian (diperankan oleh Micaella Raz) yang tertarik pada karyawan barunya yang polos (JD Aguas). Ketertarikan tersebut berkembang menjadi hubungan seksual yang kompleks, melibatkan emosi, kekuasaan, dan batasan profesional yang kabur.
Namun, seiring berjalannya waktu, alur cerita tak hanya berfokus pada dua karakter utama. Cerita berkembang menjadi kekacauan hubungan antara banyak karakter, termasuk sesama karyawan dan bahkan pelanggan café tempat mereka bekerja. Seks terjadi di dapur, toilet, bahkan saat jam kerja berlangsung, hingga mengaburkan batas antara cerita fiksi erotis dan eksplotasi dangkal.
Akting dan Karakter: Ada Potensi, Tapi Terjebak dalam Naskah Lemah
Satu hal yang cukup menonjol dari Rapsa adalah chemistry awal antara Micaella Raz dan JD Aguas. Dalam beberapa adegan, terlihat ada potensi hubungan emosional yang bisa dikembangkan menjadi narasi queer yang lebih dalam dan menyentuh. Namun sayangnya, naskah yang lebih fokus pada fantasi seksual membuat semua potensi tersebut hilang ditelan oleh repetisi adegan vulgar.
Karakter lainnya seperti Vern Kaye, Sheina Yu, dan Alona Navarro, tampil sebagai pelengkap cerita namun tidak diberikan ruang untuk berkembang. Alih-alih menjadi bagian dari konflik atau dinamika yang bermakna, mereka hanya menjadi alat untuk memperbanyak adegan panas.
Visual dan Setting: Café yang Indah, Cerita yang Kusut
Setting utama film ini adalah sebuah coffee shop yang seharusnya menjadi tempat hangat dan penuh cerita. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Café ini menjadi tempat yang dipenuhi dengan kekacauan moral, seks bebas, dan pelecehan di tempat kerja.
Ada satu adegan di mana seorang karakter mengenakan bikini di kantor, yang tampaknya dimaksudkan sebagai humor erotis, namun malah terasa dipaksakan dan tidak relevan. Penempatan adegan-adegan seperti ini membuat film kehilangan arah dan kesan artistik.
Tema dan Pesan Moral: Kabur di Tengah Fantasi Tak Terarah
Film ini sebenarnya punya kesempatan besar untuk mengangkat isu-isu penting seperti:
- Pelecehan seksual di tempat kerja
- Penyalahgunaan kekuasaan
- Hubungan lesbian di lingkungan kerja konservatif
- Batasan profesional yang kabur
Namun, semuanya gagal dieksekusi dengan baik. Film ini lebih terlihat seperti rangkaian fantasi liar daripada cerita yang menggugah atau menyentuh. Bahkan, penonton bisa merasakan ketidaknyamanan para aktor saat melakukan adegan-adegan tertentu—sebuah indikator bahwa film ini kurang matang dari sisi produksi maupun pengarahan.
Rating Pribadi: ★☆☆☆☆ (1 dari 5)
Secara pribadi, saya menilai film ini 1 dari 5 bintang. Bukan karena tema yang diangkat tidak penting, tapi karena cara penyampaiannya sangat dangkal dan tidak bertanggung jawab. Film ini gagal menggabungkan erotisme dengan kedalaman emosi atau cerita yang koheren. Rapsa, yang dalam bahasa Filipina berarti “lezat” atau “menggoda”, justru menjadi pengalaman menonton yang melelahkan—alias “umay”.
Di Mana Bisa Menonton Film Rapsa (2025) Secara Legal?
Film Rapsa tersedia eksklusif di platform Vivamax, yang juga bisa diakses dari Indonesia melalui website resminya maupun aplikasi mobile dengan langganan berbayar.
👉 Tonton Rapsa (2025) secara legal di Vivamax
Pastikan Anda sudah berusia 18 tahun ke atas sebelum mengakses film ini karena mengandung banyak adegan dewasa.
Kesimpulan: Eksploitasi yang Tidak Menyentuh
Rapsa (2025) adalah contoh klasik bagaimana film dengan potensi besar bisa gagal total karena fokus berlebihan pada eksploitasi seksual. Alih-alih menjadi kisah emosional tentang cinta dan kekuasaan di tempat kerja, film ini justru jatuh sebagai kumpulan adegan panas yang kosong dan tidak berjiwa.
Jika Anda mencari film dengan cerita LGBTQ+ yang kuat, atau eksplorasi psikologis karakter yang mendalam, film ini bukan jawabannya. Tapi jika Anda hanya mencari hiburan ringan yang penuh dengan fantasi dewasa, Rapsa mungkin bisa menjadi tontonan sekali jalan.
Sudah nonton Rapsa (2025) di Vivamax? Apa pendapatmu tentang film ini? Apakah menurutmu film seperti ini masih punya tempat dalam sinema modern?
Bagikan pendapatmu di kolom komentar dan jangan lupa share artikel ini ke temanmu yang sedang cari rekomendasi film terbaru!