Nonton dan Review Film: Living in Two Worlds (2024) – Sebuah Perjalanan Emosional Seorang CODA
Living in Two Worlds (2024)

Nonton dan Review Film: Living in Two Worlds (2024) – Sebuah Perjalanan Emosional Seorang CODA

Diposting pada

Film Living in Two Worlds (2024) merupakan karya terbaru dari sutradara Mipo Oh, yang mengadaptasi kisah nyata dari autobiografi Igarashi Dai. Film ini mengeksplorasi perjalanan seorang anak CODA (Child of Deaf Adults), yakni seorang anak yang tumbuh dengan orang tua tunarungu. Dengan sentuhan emosional yang mendalam dan sinematografi yang memikat, film ini menawarkan perspektif unik tentang perjuangan identitas, komunikasi, dan penerimaan diri dalam dua dunia yang berbeda—dunia mereka yang bisa mendengar dan dunia orang-orang yang tidak.

Mari kita telusuri lebih jauh mengenai kualitas film ini, pesan yang ingin disampaikan, serta bagaimana ia mampu menyentuh hati para penontonnya.


Sinopsis: Hidup di Antara Dua Dunia

Dai Igarashi (diperankan oleh Ryô Yoshizawa) lahir sebagai anak dari pasangan tunarungu. Sejak kecil, ia menjadi jembatan komunikasi antara orang tuanya dan dunia luar, menggunakan bahasa isyarat untuk membantu mereka berinteraksi dengan masyarakat yang tidak memahami kondisi mereka.

Namun, ketika Dai tumbuh dan mulai bersekolah, ia menyadari bahwa kehidupannya berbeda dari anak-anak lain. Perasaan malu dan keinginan untuk diterima oleh lingkungan sosialnya mulai muncul, hingga ia berusaha menjauh dari identitas yang selama ini melekat padanya.

Dai kemudian pindah ke Tokyo untuk mengejar kehidupan yang lebih “normal,” mencoba menekan masa lalunya. Namun, dalam perjalanan menuju kedewasaan, ia akhirnya menyadari betapa berharganya hubungan dengan keluarganya dan bagaimana identitasnya sebagai seorang CODA membentuk dirinya.


Ulasan Mendalam: Antara Emosi dan Realitas

1. Akting yang Mengesankan

Salah satu kekuatan utama film ini adalah akting dari para pemainnya. Ryô Yoshizawa berhasil menghidupkan karakter Dai dengan emosi yang begitu nyata—dari kepolosan masa kecil hingga pergolakan batinnya saat beranjak dewasa. Namun, bintang sesungguhnya dari film ini adalah Akiko Oshidari, yang berperan sebagai ibu Dai. Sebagai aktris tunarungu pertama di Jepang, ia memberikan performa yang sangat autentik dan menyentuh hati.

2. Penyampaian Emosi yang Tidak Berlebihan

Film ini berhasil menghadirkan drama keluarga dengan cara yang tidak terlalu sentimental, tetapi tetap emosional. Penonton dapat merasakan setiap rasa frustrasi, cinta, dan konflik batin yang dialami oleh Dai dan keluarganya tanpa harus dibuat-buat.

Beberapa adegan yang paling menyentuh adalah saat Dai menyadari bahwa ibunya membeli alat bantu dengar bukan untuk dirinya sendiri, tetapi agar bisa mendengar suara anaknya. Juga, momen di stasiun ketika ibunya mengantarnya pergi, menatapnya dengan penuh kasih tanpa bisa mendengar suara kereta yang berlalu.

3. Penggambaran Budaya dan Realitas CODA

Sebagai film yang menyoroti kehidupan seorang CODA, Living in Two Worlds menghadirkan banyak momen yang menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh anak-anak dengan orang tua tunarungu. Dari stigma sosial, beban sebagai penerjemah keluarga, hingga perasaan terjebak antara dua dunia yang berbeda.

Namun, film ini juga menunjukkan keindahan dari dunia tunarungu, seperti bahasa isyarat yang menjadi bentuk komunikasi yang penuh ekspresi dan hubungan erat dalam komunitas tunarungu itu sendiri.

4. Sinematografi dan Penyutradaraan

Mipo Oh menggunakan pendekatan sinematografi yang sederhana tetapi efektif. Ada beberapa adegan yang sangat kuat secara visual, seperti perbandingan antara kapal yang berlayar dan perjalanan Dai menuju kehidupannya sendiri. Penggunaan cahaya alami yang terlalu terang dalam beberapa adegan mungkin terasa sedikit berlebihan bagi sebagian penonton, tetapi secara keseluruhan, film ini memiliki tampilan yang memanjakan mata.


Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan:
✔ Akting luar biasa dari Ryô Yoshizawa dan Akiko Oshidari
✔ Cerita yang emosional tetapi tidak berlebihan
✔ Penggambaran komunitas tunarungu yang autentik
✔ Sinematografi yang indah

Kekurangan:
✖ Beberapa alur terasa lambat dan tidak memiliki klimaks yang kuat
✖ Karakter ayah Dai kurang mendapatkan eksplorasi yang mendalam


Rating dan Tempat Streaming

Rating: 4.2/5

Secara keseluruhan, Living in Two Worlds adalah film yang menyentuh dan penuh makna. Meskipun memiliki beberapa kekurangan kecil dalam struktur cerita, film ini berhasil menyampaikan pesan tentang identitas, keluarga, dan penerimaan diri dengan cara yang begitu emosional.

Ketersediaan Streaming

(Saat artikel ini ditulis, film ini belum tersedia untuk layanan streaming di Indonesia. Namun, berdasarkan tren perilisan film Jepang sebelumnya, diperkirakan film ini akan segera hadir di platform seperti Netflix, Prime Video, atau Disney+ Hotstar dalam beberapa bulan ke depan.)

Cek ketersediaan film di JustWatch: Living in Two Worlds – JustWatch


Living in Two Worlds bukan hanya sekadar film keluarga biasa. Ini adalah kisah tentang pencarian jati diri, konflik batin seorang anak, dan bagaimana ia akhirnya bisa menerima siapa dirinya sebenarnya.

Jika Anda menyukai film dengan tema keluarga yang mendalam seperti CODA (2021) atau The Farewell (2019), maka film ini adalah pilihan yang tepat untuk Anda. Segera pantau platform streaming favorit Anda dan jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan film yang penuh makna ini!

📌 Jangan lupa untuk berbagi ulasan ini dan ajak teman serta keluarga untuk menonton film ini bersama!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *