Nonton & Review Film: Pabrik Gula (2025) – Horor Berbalut Budaya yang Mirip Tapi Lebih “Wow”
Pabrik Gula (2025)

Nonton & Review Film: Pabrik Gula (2025) – Horor Berbalut Budaya yang Mirip Tapi Lebih “Wow”

Diposting pada

Industri film horor Indonesia semakin berkembang pesat dengan hadirnya berbagai film yang mengangkat mitos dan budaya lokal sebagai elemen utama. Salah satu film terbaru yang menarik perhatian adalah Pabrik Gula (2025), garapan sutradara Awi Suryadi dan ditulis oleh Lele Laila serta SimpleMan. Film ini hadir dengan nuansa khas horor Indonesia yang kental dengan latar tempat yang belum banyak dieksplorasi di film-film sebelumnya: sebuah pabrik gula tua.

Namun, apakah Pabrik Gula benar-benar berhasil membawa sesuatu yang baru ke genre horor Indonesia, atau justru hanya menjadi repetisi dari film sebelumnya seperti KKN di Desa Penari? Mari kita ulas secara mendalam!


Sinopsis Film Pabrik Gula (2025)

Film ini berkisah tentang sekelompok buruh musiman yang datang ke sebuah pabrik gula tua di pedesaan untuk bekerja selama musim panen. Namun, tanpa mereka sadari, pabrik ini bukan sekadar tempat bekerja biasa. Para pekerja muda ini mulai mengalami teror mengerikan dari makhluk gaib yang menguasai wilayah tersebut.

Mereka pun harus mencari tahu penyebab kemarahan para makhluk tersebut sebelum nyawa mereka satu per satu melayang. Dengan latar belakang budaya Jawa yang kuat, Pabrik Gula menyajikan kisah horor yang dikombinasikan dengan eksorsisme dan ritual mistis yang menegangkan.


Review Film Pabrik Gula (2025) – Apakah Layak Ditonton?

1. Eksekusi yang Mirip dengan KKN, Tapi Lebih Matang

Banyak yang membandingkan Pabrik Gula dengan KKN di Desa Penari, baik dari segi formula cerita, atmosfer, maupun gaya penyutradaraan. Memang benar, film ini memiliki kemiripan yang cukup kentara, terutama dalam penyampaian cerita dan penggunaan elemen horor khas Indonesia seperti eksorsisme dan ritual mistis.

Namun, Pabrik Gula berhasil menghadirkan eksekusi yang lebih baik dibandingkan beberapa film horor serupa sebelumnya. Visual yang lebih matang, alur yang lebih rapi, serta tensi ketegangan yang dibangun dengan baik membuat film ini tetap menarik untuk diikuti, meski ceritanya tidak sepenuhnya orisinal.


2. Sinematografi yang Memukau, Atmosfer Pabrik yang Mencekam

Salah satu keunggulan utama film ini adalah sinematografinya. Dengan latar belakang pabrik tua yang luas dan penuh sejarah kelam, film ini berhasil menghadirkan atmosfer yang benar-benar mencekam.

Color grading dalam film ini juga sangat mendukung suasana horor, dengan penggunaan warna-warna gelap yang kontras dengan pencahayaan redup khas film horor. Pergerakan kamera yang dinamis semakin memperkuat ketegangan dalam adegan-adegan tertentu.


3. Jumpscare Berlimpah, Tapi Kurang Variatif

Seperti kebanyakan film horor Indonesia, Pabrik Gula sangat mengandalkan jumpscare untuk menakut-nakuti penonton. Beberapa jumpscare berhasil dieksekusi dengan baik dan benar-benar mengejutkan, tetapi sebagian besar terasa repetitif dan mudah ditebak.

Sayangnya, alih-alih mengeksplorasi horor psikologis atau membangun ketegangan dengan atmosfer yang lebih dalam, film ini masih terlalu bergantung pada efek kejut semata. Hal ini membuat beberapa momen horor terasa kurang efektif dan lebih ke arah mengagetkan ketimbang menyeramkan.


4. Akting yang Bervariasi – Erika Carlina Mencuri Perhatian!

Akting para pemain dalam film ini cukup beragam dalam kualitasnya. Beberapa karakter tampil solid, sementara yang lain terasa kurang mendalami peran mereka.

Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Erika Carlina, yang meskipun tidak memiliki pendalaman karakter yang kompleks, tetap mampu memberikan performa yang menonjol. Namun, beberapa adegan emosional terasa berlebihan dan kurang natural, terutama dalam adegan menangis yang justru terkesan komedik ketimbang dramatis.


5. Plot Twist Menarik, Tapi Masih Ada Plot Hole

Film ini berhasil menghadirkan plot twist yang cukup mengejutkan di akhir cerita. Namun, ada beberapa plot hole yang cukup mengganggu, terutama terkait latar belakang karakter utama yang kurang dieksplorasi dengan baik.

Beberapa adegan juga terasa dipanjang-panjangkan tanpa memberikan dampak signifikan pada alur cerita, yang bisa membuat penonton sedikit merasa bosan di pertengahan film.


Kesimpulan: Worth It atau Tidak?

Jika kamu menyukai film horor Indonesia dengan formula khas yang menggabungkan mitos lokal, jumpscare, dan eksorsisme, maka Pabrik Gula bisa menjadi tontonan yang cukup menghibur.

Namun, jika kamu mengharapkan sesuatu yang benar-benar segar dan inovatif dalam genre ini, film ini mungkin akan terasa seperti pengulangan dari film-film sebelumnya, khususnya KKN di Desa Penari.


Rating: ⭐⭐⭐☆☆ (3/5)

Kelebihan:
✅ Sinematografi dan atmosfer pabrik yang mencekam
✅ Plot twist yang cukup mengejutkan
✅ Akting beberapa pemain cukup solid

Kekurangan:
❌ Jumpscare terlalu banyak dan repetitif
❌ Beberapa adegan terasa berlebihan dan kurang natural
❌ Masih ada beberapa plot hole dalam cerita


Dimana Bisa Nonton Pabrik Gula (2025)?

Saat artikel ini ditulis (April 2025), Pabrik Gula masih tayang eksklusif di bioskop dan belum tersedia untuk opsi streaming. Namun, berdasarkan tren film-film sebelumnya, kemungkinan besar film ini akan segera hadir di beberapa platform streaming populer seperti:

  • Netflix
  • Disney+ Hotstar
  • Amazon Prime Video
  • Vidio

Untuk memantau ketersediaan film ini di layanan streaming, kamu bisa cek melalui JustWatch.

Jangan lupa juga untuk mengikuti informasi terbaru di akun Instagram resminya di @pabrikgulamovie.


Secara keseluruhan, Pabrik Gula (2025) adalah film horor yang masih mengandalkan formula lama tetapi dengan eksekusi yang lebih matang. Jika kamu adalah penggemar film horor lokal dengan nuansa budaya Jawa yang kental, film ini tetap layak untuk ditonton di bioskop.

Sudah nonton Pabrik Gula? Apa pendapatmu tentang film ini? Bagikan pengalamanmu di kolom komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *