David Cronenberg, sang maestro di balik film-film body horror seperti The Fly dan Videodrome, kembali dengan karya terbarunya, The Shrouds (2025). Film ini mengangkat tema kehilangan dan duka dalam konteks teknologi yang semakin berkembang, membawa penonton ke dalam dunia di mana batas antara hidup dan mati menjadi semakin kabur.
Vincent Cassel memerankan Karsh, seorang pengusaha visioner yang menciptakan GraveTech, sebuah teknologi kontroversial yang memungkinkan orang yang masih hidup untuk mengamati proses pembusukan orang tercinta mereka melalui kamera canggih. Namun, ketika makam sang istri dihancurkan oleh pihak misterius, Karsh terseret dalam pusaran konspirasi yang mengaburkan antara kenyataan dan paranoia.
Apakah The Shrouds berhasil menghadirkan eksplorasi duka yang mendalam? Ataukah film ini justru terjebak dalam eksperimental naratif yang sulit dicerna? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Sinopsis Singkat
Sejak kematian istrinya, Karsh merasa tak dapat melepaskan diri dari rasa kehilangan. Dalam usahanya untuk tetap “terhubung” dengan orang yang telah tiada, ia mengembangkan teknologi revolusioner yang memungkinkan pengamatan jenazah secara real-time. Namun, proyek ini menimbulkan berbagai kontroversi, terutama setelah serangkaian peristiwa misterius mulai terjadi, termasuk perusakan makam yang terkait dengan teknologi tersebut.
Dari sini, The Shrouds berkembang menjadi cerita yang sarat dengan elemen thriller, konspirasi global, dan refleksi filosofis tentang kehidupan, kematian, serta implikasi teknologi terhadap cara manusia berduka.
Ulasan Mendalam
1. Atmosfer dan Gaya Sinematik: Distopia yang Dingin dan Steril
Di bawah arahan Cronenberg, The Shrouds tetap mempertahankan atmosfer khasnya—dingin, steril, dan penuh ketegangan. Film ini menampilkan sinematografi yang mengedepankan estetika modern dengan ruang-ruang luas, minim cahaya alami, dan desain set yang terasa hampir klinis.
Gaya visual ini memperkuat tema utama film: bagaimana teknologi dapat memperpanjang rasa kehilangan, bukan menyembuhkannya. Karsh hidup dalam dunia yang terasa seperti limbo, di mana duka bukan lagi sesuatu yang harus diterima dan diatasi, melainkan sesuatu yang bisa “diamati” tanpa akhir.
Namun, bagi beberapa penonton, pendekatan ini mungkin terasa terlalu dingin dan terputus dari emosi yang seharusnya menjadi inti cerita.
2. Cerita: Filosofis, Tetapi Kurang Terstruktur
Film ini mencoba mengangkat berbagai isu kompleks, mulai dari kapitalisme pengawasan, peran teknologi dalam kehidupan manusia, hingga eksplorasi psikologis tentang duka. Namun, meski premisnya menarik, eksekusinya terasa kurang solid.
Struktur naratifnya cenderung berantakan, dengan banyak alur cerita yang tidak sepenuhnya dikembangkan. Paruh pertama film membangun ketegangan dengan baik, tetapi ketika masuk ke babak akhir, cerita mulai terasa melelahkan dan kehilangan fokus.
Selain itu, banyak momen di mana film mencoba menggali tema-tema filosofis yang dalam, tetapi tidak sepenuhnya berhasil memberikan jawaban yang memuaskan.
3. Akting: Vincent Cassel yang Kuat, Tetapi Karakter yang Datar
Vincent Cassel membawa karakter Karsh dengan performa yang penuh intensitas, namun perannya terasa sangat terikat pada naskah yang kaku. Karsh digambarkan sebagai seseorang yang obsesif dan hampir tanpa emosi, yang memang sesuai dengan tema film, tetapi juga membuatnya sulit untuk dihubungkan secara emosional oleh penonton.
Diane Kruger, yang berperan dalam beberapa peran berbeda dalam film ini, memberikan sentuhan unik yang menambah nuansa misterius, tetapi perannya juga tidak cukup dikembangkan untuk memberikan dampak emosional yang lebih kuat.
Guy Pearce hadir sebagai karakter antagonis dengan karisma yang memikat, tetapi perannya terasa lebih seperti tambahan dibandingkan elemen yang benar-benar signifikan dalam cerita.
4. Tema dan Makna: Kritik terhadap Teknologi dan Kesedihan yang Tak Berujung
Seperti banyak karya Cronenberg sebelumnya, The Shrouds berisi kritik tajam terhadap masyarakat modern, terutama dalam hal ketergantungan manusia terhadap teknologi. Teknologi yang awalnya dimaksudkan untuk mengatasi kehilangan justru menjadi alat yang memperpanjang penderitaan.
Film ini juga menggambarkan bagaimana duka dapat dikapitalisasi oleh perusahaan teknologi, di mana manusia tidak lagi diberi kesempatan untuk menerima kehilangan, melainkan justru dibuat untuk terus mengawasi dan berpegang pada sesuatu yang sudah tiada.
Namun, meskipun memiliki konsep yang menarik, The Shrouds gagal menyampaikan pesannya dengan cara yang benar-benar memukul secara emosional.
Rating: ⭐⭐⭐ (3/5)
The Shrouds adalah film yang penuh dengan ide-ide besar, tetapi tidak semuanya dieksekusi dengan baik. Ini adalah karya yang sangat khas Cronenberg: penuh dengan ketegangan, visual yang mencolok, dan konsep yang menggugah pikiran.
Namun, bagi yang mengharapkan narasi yang lebih koheren dan emosional, film ini mungkin terasa terlalu dingin dan abstrak.
Bagi penggemar berat Cronenberg, The Shrouds tetap menjadi tontonan yang menarik. Tetapi bagi yang baru mengenal film-filmnya, mungkin ini bukan titik awal yang ideal.
Ketersediaan Streaming di Indonesia
(Catatan: Saat artikel ini ditulis, film ini masih belum tersedia untuk opsi streaming di Indonesia.)
Kemungkinan besar, The Shrouds akan tersedia di beberapa platform streaming besar setelah masa tayangnya di bioskop selesai. Berdasarkan pola rilis film-film sebelumnya, film ini berpotensi hadir di platform seperti:
- Netflix (sering mendapatkan hak distribusi film-film arthouse)
- Amazon Prime Video
- MUBI (khususnya untuk film-film independen dan auteur)
Untuk informasi terkini mengenai ketersediaan film ini di layanan streaming, kunjungi JustWatch.
Jika Anda adalah penggemar berat David Cronenberg dan tertarik dengan eksplorasi tema duka dan teknologi, The Shrouds bisa menjadi tontonan yang menggugah pemikiran. Namun, bagi yang mencari film dengan alur cerita yang lebih jelas dan emosional, film ini mungkin akan terasa kurang memuaskan.
Tetaplah pantau platform streaming favorit Anda untuk ketersediaan film ini, dan jangan lupa untuk membagikan pendapat Anda setelah menontonnya!
ok